?
BURON TABRAKAN REJOSO SERAHKAN DIRI
oleh : 2010-01-10 12:53:58 [ ]
Buron tabrakan di Rejoso Pasuruan yang mengakibatkan tewasnya sekeluarga asal Desa Alaskandang, Besuk Kabupaten Probolinggo akhirnya menyerahkan diri. Dia adalah Doni Saputro alias DS, 20, warga Dusun Krajan, Desa Jrebeng, Wonomerto Kabupaten Probolinggo. Doni menyerahkan diri ke Polres Pasuruan pada Rabu (6/1) sore.
Rabu itu sekitar pukul 16.00 Doni sendirian datang ke mapolres. Dia langsung masuk ke ruang buser dan membuat pengakuan. Bahwa dialah lelaki yang sedang diburu polisi terkait kecelakaan di Rejoso pada Jumat, 25 Desember 2009 lalu.
Tanpa banyak cakap, Doni pun digiring untuk menjalani pemeriksaan di unit laka (kecelakaan). Kepada petugas, Doni mengaku kabur karena takut setelah menabrak pengendara motor dan membuat korbannya itu tewas.
Dari pantauan Radar Bromo, kemarin (7/1) Doni kembali menjalani pemeriksaan. Saat itu pemuda tersebut tampak sudah berseragam tahanan polres.
Kepada Radar Bromo, Doni mengaku dirinya bersalah. Hanya, selama ini ia tidak berani menyerahkan diri. "Yang terlintas di dalam pikiran saya cuma perasaan ketakutan. Saya belum sanggup menyerahkan diri," tutur lelaki bertubuh mungil itu.
Diketahui, Doni Saputro jadi buruan polisi setelah peristiwa kecelakaan maut di Rejoso Kabupaten Pasuruan pada Jumat (25/12) tahun lalu. Jumat itu sekitar pukul 20.45. Doni mengendarai mobil Toyota Avanza, melaju di ruas jalan Pasuruan dari arah timur.
Saat sampai di jalan raya Desa Pateguran, Rejoso, mobil itu menabrak dua sepeda motor. Sepeda motor pertama, Yamaha Vega, ditumpangi sekeluarga asal Desa Alaskandang, Besuk Kabupaten Probolinggo. Yakni Idrus Alkaf bersama istrinya, Muzayyana dan putranya, Abdullah. Sepeda motor kedua Honda Kharisma yang ditumpangi Jumais,warga Toyaning, Rejoso.
Tragis. Idrus dan Alkaf tewas dalam kecelakaan itu. Jumais terluka. Dan kecelakaan ini sempat mengundang misteri. Tubuh Muzayyana tak ditemukan malam itu di sekitar lokasi kecelakaan. Muzayyana baru ditemukan keesokan harinya. Itu pun tidak di sekitar lokasi kejadian. Tapi di semak-semak tepi tol Waru Km 9,8. Muzayyana sudah tidak bernyawa.
Sempat muncul dugaan-dugaan tentang keberadan jasad Muzayyana yang sampai ditemukan di tol. Ada dugaan pembunuhan. Tapi yang menguat adalah dugaan bahwa Muzayyana mencelat ke atas truk sapi saat benturan terjadi. Lalu tubuhnya terbawa hingga ke tol. Saat pengendara truk sadar ada mayat di truknya, langsung saja dibuang di tepi tol.
Walau Idrus, Muzayyana dan Abdullah dimakamkan, polisi masih menyelidiki kecelakaan tersebut. Terutama untuk membongkar misteri keberadaan mayat Muzayyana yang sampai ditemukan di tol. Masalahnya, pengendara Avanza, yakni Doni Saputro kabur. Padahal, dia bisa jadi pintu untuk menemukan fakta sebenarnya dalam kecelakaan tersebut.
Nah, kini Doni Saputro si buron tersebut telah berada di sel mapolres. Kemarin sejumlah pertanyaan telah terjawab. Salah satunya bahwa pada Jumat malam itu Doni tidak sendirian berada di mobil Avanza sial tersebut. Dia bersama ayahnya, Sumarto, dan dua orang teman ayahnya. Mereka berniat pergi ke Surabaya.
Doni yang bertugas nyetir Avanza tersebut malam itu. Dia mengakui saat itu ngebut. "Kira-kira saya melaju di atas seratus kilometer per jam. Ada tiga kendaraan yang sempat saya salip sebelum menabrak motor," kata Doni yang mengaku sehari-harinya bekerja sebagai sopir.
Sebelum kejadian, menurutnya, dua mobil berhasil disalip. "Yang terakhir adalah truk. Nah, waktu mau menyalip truk inilah saya tidak bisa melihat kondisi jalan. Sebab waktu menyalip, truk itu agak ke tengah. Karena memaksa, saya tidak melihat ada dua motor di depan," katanya.
Tabrakan pun terjadi. Begitu tabrakan, kata Doni, mobilnya langsung mogok. Selang beberapa detik kemudian, warga berdatangab. Doni beserta penumpang lainnya langsung keluar. "Waktu keluar saya melihat ada dua orang yang terkapar. Yang satu saya lihat sudah meninggal karena lukanya parah," katanya.
Doni mengaku ketakutan melihat sikap warga yang sudah mengelilinya saat itu. Dia melihat amarah di wajah warga. "Karena takut itulah saya melarikan diri. Pokoknya saya langsung lari ketika warga lengah. Hanya saja, saya lari itu bukan karena ingin kabur. Tapi jujur, saya takut sama masyarakat," katanya.
Sejak kejadian itu, Doni tidak tahu lagi nasib bapaknya dan dua teman bapaknya. Yang jelas, ketiganya juga ikut kabur. Selanjutnya, Doni mengaku tidak pernah balik ke rumahnya di Wonomerto. Ia justru pergi ke Banyuwangi. "Di sana saya bersembunyi di rumah paman," katanya.
Selama di Banyuwangi, Doni juga tahu dirinya sedang diburu polisi. Ia tahu itu dari ayahnya sendiri. Sumarto sering mengabari Doni lewat telepon. "Saya pun sudah disarankan oleh ayah untuk menyerahkan diri ke polisi. Tapi saya belum sanggup," katanya.
Tapi akhirnya Doni merasa siap menyerahkan diri. Rabu itu dia mendatangi Polres Pasuruan. Dia pun langsung menjadi penguhi baru sel mapolres.
Kapolres Pasuruan AKBP Achmad Yani menyatakan masih mengembangkan kasus ini. "Doni jelas akan dikenai proses hukum sesuai kesalahannya. Hanya saja tindakannya belum bisa dikategorikan apakah termasuk pidana atau kecelakaan. Untuk sementara tindakan Doni dianggap menyalahi pasal 359 tentang kelalaian yang menyebabkan orang meninggal dunia," tutur Kapolres.
Harus Diproses
Sementara itu, Habib Abdurrahman Ba'ali dari pihak keluarga mendiang Idrus saat dihubungi tadi malam menyatakan pelaku tabrak lari itu harus diproses secara hukum. "Harus bertanggung jawab kepada pihak keluarga korban yang ditingglakannya," kata lelaki yang karib disapa Yik Mang itu.
Ia mengaku heran dengan ulah pelaku. "Mengapa pelaku itu baru sekarang menyerahkan diri ke pihak kepolisian? Seharusnya, setelah kejadian kecelakaan itu pelaku langsung menyerahkan diri ke polisi. Jangan merepotkan polisi," katanya.
Menurutnya, pelaku seharusnya menyerahkan diri baik-baik. Baik itu karena kecelakaan tersebut terjadi secara tak sengaja maupun disengaja.
"Kalau keluarga korban sudah menerima kematian korban. Bahwa mati itu di tangan Allah, dan itu adalah takdirnya. Sekarang, silakan polisi memproses sesuai dengan hukum yang berlaku," tegas Yik Mang.
Benda Lewat di Atas Kap
Doni Saputro memang sudah menyerahkan diri. Tapi, pertanyaan tentang tubuh mendiang Muzayyana yang sampai ditemukan di tol Waru, belum ada jawaban pasti. Karena itu polisi masih mengembangkan penyidikan dalam kasus ini.
"Artinya akan ada penambahan saksi terkait untuk mencari fakta kejadian sebenarnya," terang Kasatlantas Polres Pasuruan AKP Indro Susetyo mendampingi Kapolres AKBP Achmad Yani kemarin.
Doni sendiri dalam pemeriksaan mengaku tak tahu jika kecelakaan itu sampai membuat tubuh Muzayyana ditemukan di tol Waru. "Sewaktu kecelakaan, saya hanya melihat ada dua orang yang terkapar. Semuanya laki-laki. Saya saja baru tahu ada tubuh wanita (ditemukan di tol Waru) yang katanya keluarga orang yang saya tabrak, dari koran," kata Doni kemarin.
Saat ditanya tentang kronologis tabrakan itu, Doni mengaku tak terlalu tahu. Ia hanya kaget setelah mobilnya menghantam dua buah motor. "Saya yakin tabrakan parah. Tapi, ketika tabrakan terjadi, saya sempat melihat ada sebuah benda yang lewat di atas kap. Tapi saya tidak tahu itu benda apa. Soalnya kejadiannya begitu cepat," paparnya.
Dari keterangan Doni, polisi pun belum bisa mengambil kesimpulan apakah benda itu adalah tubuh Muzayyana. "Sementara ini kan baru keterangan Doni sendiri. Baru nanti setelah mengukurnya secara teknis, kami bisa menyelidikinya," terang Kasatlantas.
Penyelidikan itu, menurutnya, bisa juga dilakukan lewat rekonstruksi. Langkah rekonstruksi bakal dilakukan tim khusus bentukan polres. Tim tersebut diketuai Kasatlantas.
Kapan rekonstruksi? "Kami baru akan melakukan rekonstruksi jika semua saksi sudah lengkap," ujar Kasatlantas. Saksi yang dimaksud di antaranya adalah keterangan warga di sekitar atau ayah Doni dan kedua temannya, yang waktu kecelakaan juga ada di dalam mobil Avanza bernopol L 1541 DQ. (jawapos.com)
|